Sabtu, 04 Februari 2017

Money Is Yours But Resources Belong To The Society

Pagi ini, saya baca koran elektronik terbitan kemarin.. Ada satu tulisan disana yang menarik perhatian saya dan membuat saya menjelajah bersama om google karena penasaran. Ya, itulah judul tulisan saya hari ini yang kurang lebih jika saya baca terjemahannya adalah uang memang milik kamu, namun sumber daya alam atau bahan makanan itu milik kita bersama.

Setelah menjelajah yang saya temukan adalah cerita yang sama dan terjadi dilokasi yang sama, Jerman.  Cerita tersebut mengisahkan tentang adanya rombongan yang memesan makanan dalam jumlah cukup banyak. Mereka tidak menghabiskan makanan tersebut dan karena merasa membayar mereka mengacuhkan keluhan seorang warga yang tidak setuju dengan sisa makanan. Akhirnya, petugas keamanan sosial datang dan mereka dikenakan denda. Petugas tersebut juga menyebutkan money is yours, but resources belong to the society. Jadi, kita harus memesan apa yang bisa kita habiskan karena masih banyak yang memerlukan sumber daya itu, bukan hanya bagi yang sudah membayar saja.

Saat jajan diluar saya memang sering mendengar kalimat "yang penting gue bayar kan" atau "orang aku bayar kok jadi terserahku mau diapakan" dan masih banyak lagi kalimat lainnya. Pada saat itu saya tidak memikirkan apalagi mengurusi apa yang mereka lakukan. Walaupun, saya memang biasa untuk membeli apa yang bisa saya habiskan, sebagai anak kos, saya merasa harus membeli secukupnya. Sayang dong uangnya kalau saya beli berlebihan dan akhirnya tidak termakan. Perhatian saya biasanya hanyalah apabila mereka meninggalkan sampahnya ditempat umum setelah selesai makan padahal didekat lokasi itu ada tempat sampah. Tentunya hal tersebut bagi saya adalah perbuatan yang tidak bertanggung jawab karena menyerahkan pembuangan sampah tersebut kepada orang selanjutnya yang akan menggunakan fasilitas umum tersebut. Fasilitas umum kan untuk dipakai bersama, walaupun jika ada tukang kebersihan tetap saja kebersihan adalah milik bersama. Saya merasa hal ini sejalan dengan masalah menyisakan makanan tadi. Tulisan tersebut benar-benar membuka mata saya.

Bagi kebanyakan individu yang sudah terbiasa melakukan hal tersebut tentunya sulit mengubahnya dan mungkin akan tetap berpikir "yang penting saya bayar". Tapi tetap saja, saya ingin mengajak teman-teman semua untuk lebih bijak lagi agar membeli sesuai kebutuhan dan buanglah sampah pada tempatnya. Jangan lupa untuk merapikan atau membersihkan kembali fasilitas umum yang sudah dipakai, karena walaupun itu dari pajak yang kita bayar tapi kita juga harus merawatnya. Kayak bayar pajak aja, hahahahah.

Sekian. Terima kasih.

Selasa, 11 Oktober 2016

Parkir.. Parkir..


Ini bukan kemacetan... 
Berasa lagi ke showroom mobil...
Kalau parkirnya berlapis begini, yang paling depan gimana cara keluarnya ya?




Kamis, 06 Oktober 2016

[Review] Pizza OK Bento Banjarmasin

Hai semuanya, jumpa lagi dong. Kali ini yang saya mau share adalah pengalaman makan Pizza yang dijual OK Bento. Resto atau tempat makan ini menyajikan menu bento, ayam, pizza, burger, steak ayam, dan minuman pastinya. Untuk pilihan menu sih tidak terlalu banyak. Sebenarnya saya dan teman saya (sebut saja dia Abang) berkunjung kesini karena kata si Abang tuh mau cobain pizzanya. Berhubung waktu itu versi beefnya katanya habis jadilah kita pesan yang jenis Supreme (Ayam Jamur). Rotinya lumayan tebal dan toppingnya banyak, tebal deh pokoknya. Intinya waktu itu kita puas banget sama pizzanya dan sudah jelas bakal balik lagi.

Pizza Supreme OK Bento pas pertama kali coba (dok. pribadi)
Diwaktu yang lain, kemudian kita datang lagi dan sudah pasti dong pesan pizza lagi. Sayangnya, kali ini wujud pizzanya agak berbeda dengan yang kita makan sebelumnya. Bukan cuma pizzanya, cara penyajiannya pun berbeda. Barangkali si chef pizzanya beda. Topping sih sama banyak dan tebalnya hanya saya bentuknya jadi mengecil *suram* tapi rasanya sih sama.

Pizza Supreme OK Bento pas datang kedua kali (dok. pribadi)
Begitulah kira-kira pengalaman kita makan pizza di OK Bento. Oh iya, kalau kalian semua ingin mencoba, kalo gak salah sih harga Supreme Pizza yang kita pesan itu sekitar Rp20.000 kalau pikun mungkin Rp30.000, yang jelas sih dia lebih murah daripada pizza di resto ayam pesaingnya. Lokasi OK Bento yang kita datangi itu letaknya di Jl. Veteran - Martapura Lama, Sungai Lulut. Tepatnya lupa didekat mana, yang jelas kalo kewilayah Sungai Lulut pasti kelihatan kok tempatnya. Cabang lainnya sih juga ada, tapi saya juga ga ingat nih dimana *hehehe* maklum pikun.

Cipilili
Pizza Supreme OK Bento (dok. pribadi)
Sampai dengan tulisan ini diturunkan, kita belum pernah berkunjung lagi ke OK Bento. Selain karena tidak melewati lokasi itu lagi, kita juga kepingin mencoba kulineran di tempat lain yang semakin hari semakin banyak saja jumlahnya.
Ah.. kapan saya bisa punya usaha kuliner sendiri ya... Masak pun tak bisa, bisanya cuma makan... Ngarep sih...

Senin, 03 Oktober 2016

Wisata Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru

Beberapa waktu lalu saya dan teman mengunjungi Museum Lambung Mangkurat yang terletak di Jl. A.Yani Banjarbaru. Bagi kalian yang ingin berkunjung pasti mudah kok menemukannya. Bangunannya memiliki atap bubungan tinggi seperti pada rumah adat banjar.
Karcis Masuk
Biaya karcis masuknya hanya Rp2.000 untuk dewasa, kalau anak-anak beda lagi tarifnya, tentunya lebih murah. Setelah bayar sudah boleh masuk dong. Sebenarnya kawasan museumnya cukup luas, namun berhubung kita datangnya pas hari libur beberapa bangunan itu tidak buka jadi kita langsung menuju bangunan utama. Saat memasuki bangunan utama museum kita disambut dengan tata tertib pengunjung yang nampaknya lebih banyak diabaikan.
Tata Tertib

Bangunan utama ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama diisi dengan barang-barang peninggalan sejarah seperti senjata-senjata yang dulu digunakan dimasa penjajahan baik senjata penjajahnya maupun senjata dari Kalimantan Selatan. Ada pula silsilah kerajaan, lengkap dengan pakaian dan singgasananya serta barang-barang peninggalan kerajaan, namun sayangnya tidak sempat kita foto. Ada sih fotonya tapi ada muka saya jadi rasanya kurang enak dipajang. 


Lanjut kelantai 2, kita lebih banyak melihat mengenai kesenian dari Kalimantan Selatan. Contohnya seperti rumah adat Bubungan Tinggi ini. Rumah adat ini berbeda-beda untuk setiap kalangan loh, jadi bisa dibilang bentuk rumahnya menentukan tingkat sosial penghuninya. Tapi kurang lebih semuanya menggunakan jenis bubungan tinggi yang dicirikan dengan atap/bubungan sirap yang menjulang tinggi yang biasanya terbuat dari ulin (pohon kayu khas Kalimantan).




Kemudian juga ada dapur atau yang disebut "padapuran" yang fungsinya sebagai dapur orang-orang bahari. Saya pernah lihat padapuran seperti itu di rumah almarhum nenek saya, jadi besar kemungkinan jenis padapuran ini masih ada yang menggunakan hingga sekarang dengan lantai ulin serta dapur (sejenis kompor yang putih itu loh) yang terbuat dari batu.
*maafkan penampakan muka saya, saya juga kepengen narsis sama dapurnya hehehe*

Padapuran

Masih dilantai 2 masih berbau-bau khas-nya Kalimantan Selatan, seperti flora dan fauna kemudian kesenian seperti alat musik maupun tarian. Kemudian ada pula pelaminan khas Banjar. Cara menidurkan bayi pun ada loh, disebutnya "bapukung" namun tidak terfoto. Lebih baik sih pembaca sekalian kalo pada penasaran pastinya bisa langsung berkunjung saja ke Museum Lambung Mangkurat ini.

Tulisan ini saya buat hanya untuk dokumentasi pribadi saja. Karena itu, mohon maaf apabila informasi dirasa kurang lengkap karena memang niatan saya hanyalah untuk share kegiatan jalan-jalan saya yang kebetulan mengunjungi Museum Lambung Mangkurat di Banjarbaru.

Demikian. Sampai ketemu lagi yaa.

Taman Museum Lambung Mangkurat

Kamis, 25 Juni 2015

Semua Tak Sama, Belum Tentu Beda

Hai semuanya, judul diatas muncul setelah saya mendengar lagu Semua Tak Sama dari Padi. Saya memikirkan jika semuanya tak sama artinya semuanya beda bukan?



Manusia, seperti aku dan kamu, sudah pasti tidaklah sama. Pikiran kita pun juga tidaklah sama.. Orang-orang seringkali melakukan musyawarah, rapat, meeting, kopdar dan macam-macamlah bentuknya, dengan tujuan untuk menyatukan perbedaan tersebut.. Padahal kalau dipikir ulang, namanya berbeda tidak mungkin bisa menyatu karena tidaklah sama. Pada akhirnya yang terjadi adalah menemukan suatu titik temu yang kira-kira bisa di terima semuanya.
Bahkan saya saja, kadang menemui hal-hal yang tidak sejalan dengan apa yang  saya yakini. Kadang-kadang telat dikit ketemu lampu merah berhubung merahnya belum lama langsung lah diterobos. Padahal sudah jelas itu tidak benar. Saya pun mikir, berdamai dengan diri sendiri pribadi saja kadang sulit apalagi dengan orang lain.

Dari apa yang saya lihat, manusia, orang disekitar saya umumnya berkerumun dikerumunannya sendiri, yang sebenarnya mereka memiliki kesamaan. Mereka senang bersama dengan orang yang memiliki pandangan yang sama walaupun pada kenyataannya mereka berbeda sudah pasti. Saya pun juga sama. Pada akhirnya aku dan kamu menjadi kita karena adanya kesepahaman itu.

Namun masih saja kita tidak bisa menyatu, yang ada hanyalah berusaha menjalankan apa yang sudah disepakati. Disitulah kesamaan kita, saling menjaga komitmen tersebut agar terus terjalin kesepahaman yang bisa membuat kita merasa nyaman. Jadi, sesuatu yang berbeda, belum tentu tidak sama.*eh, kok malah muter-muter ya?*

Semoga apa yang kita yakini dapat menyatukan perbedaan kita... 
Itu harapan saya, harapan kamu?