Senin, 20 Agustus 2012

Komunikasi Lisan di Komunikasi Bisnis (3)

Setelah lupa saking pikunnya, akhirnya saya ingat untuk melanjutkan review lanjutan dari Komunikasi Lisan di Komunikasi Bisnis (1) dan Komunikasi Lisan di Komunikasi Bisnis (2)
Pertemuan ketiga di presentasi ini tersisa 2 kelompok.

Kelompok yang pertama membawakan presentasi tentang komunikasi dalam penyampaian berita (dalam hal ini mungkin berita televisi). Mereka terbagi menjadi 2, pembaca berita dan reporter. Kali ini saya cukup sependapat dengan ibu dosen tercinta, bahwa presentasi mereka kurang jelas, apakah saat itu di ibaratkan layar berada ke reporter atau ke tayangan yang ada. Tapi menurut ibu dosen tercinta konsepnya bagus.

Kelompok yang terakhir terlihat lebih santai walaupun mereka mengatakan bahwa mereka tidak punya banyak waktu untuk mempersiapkan bahan, tapi toh mereka maju juga dan membawakan presentasi dengan tema informatif tentang System Operating Procedure. Menurut ibu dosen juga bagus, hanya saja contoh yang diberikan terkesan lari kesana kemari tidak berkaitan satu sama lain. Jadi lebih baik saat menginformasikan sesuatu, ada baiknya memberikan contoh untuk penjelasan 5W 1H itu saling berhubungan dari awal hingga akhir.

*Lebaran kali ini... sakit gigi*

Kamis, 09 Agustus 2012

Komunikasi Lisan di Komunikasi Bisnis (2)

Lanjutan review sebelumnya yang berjudul Komunikasi Lisan di Komunikasi Bisnis (1)

Pertemuan kedua untuk praktek komunikasi ini berlangsung hari Kamis, 9 Agustus 2012. Hari ini ada 2 kelompok yang akan melakukan presentasi komunikasi lisan.

Kelompok pertama, melakukan praktek komunikasi dalam hal promosi layanan katering. Bagi saya kelompok ini yang paling berhasil sejauh ini. Bahkan jauh lebih bagus dibandingkan kelompok saya sendiri. Kenapa saya bilang berhasil? Karena mereka berhasil menjual satu produknya. Tentu saja, selalu ada saja kritikan dan masukan dari ibu dosen kita tercinta. Menurut ibu dosen, sang pemilik katering sudah cukup bagus karena semangat sekali dalam promosi namun terlalu banyak menggunakan gerakan tangan dalam memperkenalkan layanannya, seharusnya bisa dikurangi (begitu kira-kira).

Kelompok kedua membawakan tema yang ringan, semacam informasi tentang manfaat buah-buahan dimana saya adalah host sekaligus moderator. Menurut ibu dosen seorang host itu adalah icon dalam sebuah acara sehingga lebih baik kalau suaranya nyaring, kalau suaranya lemah lembut harus mendekatkan mulut ke mikrofon. Kemudian menurut ibu dosen jika kita tidak ingin menggunakan mikrofon, walaupun kita tidak ingin menggunakannya, sebaiknya kita tidak menolak dan menerima mikrofon tersebut walaupun nantinya tidak akan kita gunakan. Selain itu, saat sebuah presentasi dengan host dan narasumber, tidak seharusnya narasumber berdiskusi. Mengapa? Karena menurut ibu dosen, seorang narasumber itu sudah dianggap ahli dalam hal yang di informasikan sehingga seharusnya tidak ada acara bisik-bisik seperti berdiskusi. Ibu dosen juga menambahkan, jika presentasi yang berisi narasumber dan moderator, moderator sebaiknya menampung pertanyaan terlebih dahulu atau mengalihkan perhatian para hadirin dengan tujuan memberi kesempatan sejenak bagi narasumber untuk memikirkan jawaban.

Masih ada satu pertemuan lagi di hari Sabtu nanti untuk presentasi komunikasi lisan ini yang nantinya akan saya rangkum kembali sebagai referensi.

Komunikasi Lisan di Komunikasi Bisnis (1)

Semacam sebuah praktek untuk berkomunikasi secara lisan di dalam mata kuliah Komunikasi Bisnis.
Pertemuan pertama praktek ini, hari Selasa lalu tanggal 7 Agustus 2012, di awali 3 kelompok. Kelompok pertama bernuansa layaknya seminar resmi yang membahas seputar  jejaring sosial dan microblogging yang banyak di gunakan saat ini. Menurut dosen kita bersama (baca: Ibu Monic) presentasi kelompok ini bagus. Kompak. Sarat info. Bahkan hingga pakaian pun tak luput dari perhatian beliau.

Kelompok kedua bernuansa talkshow membahas tentang HIV/AIDS. Kali ini cukup mendapat sorotan. Menurut ibu dosen kita seharusnya narasumber tidak selalu harus berdiri cukup duduk saja. Kemudian, pembawa acara juga seharusnya setelah selesai membuka bisa ikut duduk. Selain itu, saat menjadi narasumber juga seharusnya tidak membaca naskah atau bahkan membaca tampilan yang sedang di tayangkan karena itu untuk audience.

Kelompok ketiga merupakan kelompok yang mengadakan promosi layanan TV Kabel. Menurut ibu dosen, sebenarnya sudah cukup bagus karena sudah ada brosur sehingga seharusnya mereka bisa memperkenalkan produk sesuai isi brosur saja. Kemudian, kata ibu dosen, tidak perlu membacakan isi tayangan yang di tampilkan karena audience sudah memegang brosur. Cukup bicara seputar brosur misalnya "acara apa yang anda suka?" atau "anda suka acara memasak?" atau "anda suka acara olahraga?" seperti itu, sehingga kemudian bisa mendapatkan klimaks dengan kalimat "semua ada di layanan tv kabel kami".


Senin, 06 Agustus 2012

BukBer @ Pawon Tlogo


Tanggal 2 Agustus 2012 kemaren, saya bersama teman-teman se-fekon raya angkatan 2010 berbuka puasa bersama di Pawon Tlogo yang letaknya di daerah Handil Bakti.
Walaupun ini dadakan, yang akhirnya membuat saya harus mengantri karna tidak masuk daftar pemesan ==" tapi cukup menyenangkan. Akhirnya kan dapat makanan juga hahahah

Berkesan? Tentu. Karena saya biasanya tidak mau ikut gathering macam apa pun juga :p
Lalu kenapa kali ini saya memutuskan ikut? Alasan saya cuma 2. Dapat tumpangan dan ingin merasakan sensasinya :p

Terima kasih buat Ipah dan Ami yang bersedia membonceng saya hihihihi :p

Jumat, 03 Agustus 2012

Saya Tahu Saya Bahagia

Sesaat, redup... redup sekali, hampir tidak terlihat, saya merasakan kebahagiaan.
Saya tidak berkata bahwa kebahagiaan itu kemudian hilang. Saya tahu dengan pasti kebahagiaan itu ada di dalam diri saya tapi sesaat setelah itu saya tidak bisa merasakan keberadaannya.

Hal tersebut memunculkan teori baru dalam pikiran saya
"Setiap orang memiliki kebahagiaan didalam dirinya masing-masing, namun kadang ada sesuatu hal yang membuatnya tidak bisa merasakan keberadaan bahagia itu sendiri"
Walaupun sebenarnya kalimat itu sudah jelas, kebahagiaan adalah perasaan yang bentuknya abstrak. Setiap orang jelas mempunyai perasaan kecuali hatinya sudah mati. Orang yang hatinya mati, dia merasa tidak bahagia karena dia hanya tahu bahwa hatinya sudah mati, sebenarnya hati tidaklah mungkin bisa mati kalau kita masih ingin mendengarkan hati kita :)

Tulisan saya tidak bisa dimengerti bukan? karna saya sendiri pun juga tidak, hehehe...
Dari sinilah semua itu berawal...

Malam ini, saya kembali tidak bisa tidur dan akhirnya memilih bercengkrama dengan monitor saya tercinta. Iseng, saya nyasar ke sebuah situs dengan alamat salamsuper.com yang isinya merupakan rangkuman dari sebuah acara televisi oleh seorang motivator ternama di Indonesia.

Membaca tulisan disana membuat saya berpikir bahwa jelas sekali perbedaan antara saat saya dicintai dan saat saya mencintai. Ini pengalaman pribadi :)

Saya mungkin pernah dicintai oleh seseorang dimana mungkin saya tidak menaruh perasaan apapun. Saat itu saya merasa bahwa hati saya mungkin sudah mati karena saya tidak merasakan perasaan yang sama. Akhirnya berujung pada ketakutan saya bahwa saya tidak bisa bahagia. Saya pun kemudian berharap menemukan orang yang "lebih" mencintai saya dengan harapan saya bisa mencintainya juga. 

Hal ini berbanding terbalik saat kemudian saya jatuh cinta. Tidak pernah terpikir oleh saya sebelumnya, saya harus menelan mentah-mentah kata-kata saya sendiri :)
Saat saya membaca tulisan sang motivator di situs  salamsuper.com bahwa : "Sebetulnya cinta itu tidak buta, cinta itu melumpuhkan logika", saya pun tersenyum. Apakah karena ini?

Disaat saya merasakan dengan sadar bahwa saya sedang mencintai seseorang, mindset saya berubah dari "Aku takut tidak bisa bahagia bersamanya" menjadi "Akankah dia bahagia bersamaku? Apa yang harus aku lakukan agar dia bisa merasa nyaman bersamaku?".

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus bermunculan di dalam benak saya. Terlebih saat saya sedang menulis tulisan ini, pertanyaan tersebut seperti berkedip-kedip di depan mata saya membuat saya tertawa. Kenapa saya harus tertawa? Apakah saya menertawai diri saya sendiri? Atau saya merasa pertanyaan itu terdengar konyol? Entahlah :)

Sekali lagi kebahagian itu terlintas begitu nyata di mata saya dan sesaat kembali tak terlihat.
Saya tahu pasti, kebahagiaan itu masih ada di dalam diri saya :)